Team Baitul Maal BMT Gemi bersama pimpinan dan santri Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat di tempat pengolahan sampah
Penulis : Esaputri, Manager Baitul Maal BMT Gemi
Ketika memasuki sebuah pesantren dengan jumlah kelas yang besar, maka terbayang di kepala berapa ton jumlah sampah tiap hari yang diproduksi? Bagaimana sampah dikelola oleh pondok? Apakah kebersihan adalah sebagian dari Iman terimplementasikan dengan baik? Apakah tahfidz kitab kita teramalkan dengan baik?
Terjawab sudah hari ini dengan mengunjungi salah satu ponpes di Lombok Barat. Mereka telah lama mengelola sampah mereka. Sehingga tidak memindahkan masalah sampah ke tempat lain. Selesai di mereka, selesai di pondok mereka. Justru mereka kadang melakukan aksi sosial bersih-bersih di desa, tempat wisata, dan lain sebagainya.
Bersih, itu adalah kesan pertama ketika masuk pelataran luar ponpes. Beberapa prestasi yang terpampang di dinding, cukup menyentil keingintahuan lebih dalam. Terutama penghargaan 3 sektor sekaligus : Gender, pluralisme dan kepedulian lingkungan.
Tibalah kami ke ruang tamu, disambut oleh Ustadz Saljuliardi. Point-point yang didapatkan dari diskusi dengan beliau mengenai penanganan sampah di pondok pesantren :
1. Pengkondisian dari awal kepada wali santri
Sejak awal wali santri menitipkan putra dan putrinya, disampaikan kepada mereka, kami menerima santri, tapi kami tidak menerima sampah. Sehingga semenjak awal ada semacam agreement bahwa ketika di lingkungan ponpes, ponpes mempunyai aturan OSAMTU : Olah Sampahmu Sampai Tuntas. Sebannyak 3000 kg sampah/hari diproduksi di pondok pesantren. Maka sebaik mungkin wali santri diedukasi utk tdk byk membawa sampah ke ponpes.
2. Mengubah mindset santri
Menajamkan cinta kebersihan, internalisasi muslim hindari tabdzir, muslim adalah pemakmur bumi bukan perusak bumi, 3 mindset di bawah ini terus digaungkan untuk santri :
- OSAMTU (olah sampahmu sampai tuntas)
- Jika engkau ambil dari alam, maka kembalikanlah ke alam. Biji buahmu kembalikan ke tanah, kita tanam.
- Engkau gunakan air dari alam, maka tanamlah pohon agar air tanah juga terjaga.
Ketiga hal tadi yang menghantarkan pondok pesantren ini mendapat penghargaan telah menanam 1 milyar pohon pada masa pemerintahan SBY. Darimana pohon itu diambil? Salah satunya hasil makan mereka sehari-hari, dari biji-bijian buah yang mereka konsumsi.
3. Penegakan konsistensi ke santri
Dilakukan secara terus menerus, dan dijaga oleh 1 tim semacam tim di bawah OSIS yang khusus menangani kebersihan sampah, pengolahan sampah dan ketahanan pangan.
Selain itu, di pondok pesantren mempunyai aturan 1 kelas 1 anak digilir untuk patroli kebersihan (total ada 35 kelas).
“Setiap habis penjengukan, sampah pasti paling banyak kak, duuh itu kitanya harus kerja ekstra keras, karena prinsipnya adalah sampah harus tuntas saat itu juga setelah jam penjengukan selesai”, kata Caca koordinator kelas Yaman.
4. Alat bantu pengolahan sampah
Sistem pengelolaan di pondok pesantren adalah santri yang bertugas memilah sampah di posko pemilahan sampah. Anorganik yang bisa dijual, akan dijual dan menjadi biaya operasional mereka. Sampah Anorganik yang tidak bisa dijual, dilakukan dengan pembakaran suhu tinggi.
Untuk sampah organiknya, sebagian digunakan untuk pakan ternak dan sebagian lagi sedang akan dibuat semacam kompos.
Dalam kesempatan diskusi ini, saya coba memberikan pandangan tentang budidaya magot yang diintegrasikan dengan rencana optimalkan areal 35 hektar lahan ketahanan pangan (pertanian dan peternakan) yang akan diselesaikan secara bertahap.
Bersama pimpinan pondok dilahan pertanian Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat
Lombok Barat, 10 Jumadil Ula 1445 /24 November 2023